Senin, 12 November 2012

Fifteen Minutes That Shook The World.


Final Liga Champions 2005
25 Mei 2005
Stadion Olimpiade Kemal Ataturk, Istanbul
Wasit: Manuel Mejuto Gonzalez
Penonton: 70.024 orang

AC Milan 3-3 Liverpool
(2-3 adu penalti)
(Paolo Maldini 1', Hernan Crespo 38', 42';
Steven Gerrard 54', Vladimir Smicer 56', Xabi Alonso 60')

Milan
1- Dida
2- Cafu
3- Paolo Maldini
31- Jaap Stam
13- Alessandro Nesta
21- Andrea Pirlo
8- Gennaro Gattuso / 10- Rui Costa (112')
20- Clarence Seedorf / 27- Serginho (86')
22- Kaka
7- Andriy Shevchenko
11- Hernan Crespo / 15- Jon Dahl Tomasson (85')

Liverpool
1- Dudek
3- Steve Finnan / 16- Dietmar Hamann (46')
21- Djimi Traore
23- Jamie Carragher
4- Sami Hyypia
14- Xabi Alonso
10- Luis Garcia
6- John Arne Riise
8- Steven Gerrard
7- Harry Kewell / 11- Vladimir Smicer (23')
5- Milan Baros / 9- Djibril Cisse (85')

Dinding stadion Kemal Ataturk seperti setipis kertas. Dari kamar ganti Liverpool, sorak sorai pemain AC Milan di ruangan yang berbeda begitu jelas terdengar. Semua pemain Liverpool tertunduk lesu. Tak ada yang berani menegakkan kepala. Pada malam final Liga Champions 2004/05 itu, Milan memberikan pukulan telak kepada Liverpool. Milan mampu unggul 3-0 saat jeda. Bek veteran Paolo Maldini membuka keunggulan pada menit pertama pertandingan. Sebelum turun minum, Hernan Crespo menambahnya dengan dua gol. Awal yang sempurna.

Tak mau disetir kemurungan, Rafael Benitez menghimpun nafas dan berdiri di tengah para pemainnya. Sang manajer sadar, dia hanya punya waktu 15 menit untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Ketika berjalan dari bangku cadangan menuju ruang ganti, benak Benitez dipusingkan mencari-cari kalimat dalam bahasa Inggris yang tepat untuk "menghidupkan" para pemainnya. Kalimat yang kemudian meluncur dari mulutnya sederhana saja.

"Jangan tundukkan kepala kalian. Kita Liverpool. Kalian bermain untuk Liverpool. Jangan lupakan itu. Kalian harus tetap menegakkan kepala kalian untuk suporter. Kalian harus melakukkannya untuk mereka", serunya.

"Kalian tak pantas menyebut kalian pemain Liverpool kalau kepala kalian tertunduk. Kalau kita menciptakan beberapa peluang, kita berpeluang bangkit dalam pertandingan ini. Percaya lah kalian mampu melakukannya. Berikan kesempatan buat kalian sendiri untuk keluar sebagai pahlawan."

Sebelum tim keluar kamar ganti, Rafa menyusun skema formasi baru di papan tulis. Untuk menghambat Kaka, Rafa meminta Dietmar Hamann bersiap tampil menggantikan Djimi Traore. Namun, ketika diberitahu Steve Finnan mengalami cedera, Benitez memanggil kembali Traore yang sudah mencopot sepatu dan berjalan ke kamar mandi. Keputusan terakhir, Finnan keluar, Hamann masuk.

Rafa sadar, tak ada lagi ruginya mengorbankan seorang pemain bertahan. Liverpool bermain dengan tiga pemain belakang dan kapten Steven Gerrard didorong lebih ke depan. Liverpool memang harus bangkit, sekarang atau tidak sama sekali.

Inilah lima belas menit yang menentukan. Lima belas menit yang mengubah segalanya. Babak kedua menjadi milik Liverpool. Sembilan menit berjalan, Liverpool menyulut sumbu ledak stadion. Dalam rentang enam menit berikutnya, Liverpool ganti mengendalikan situasi. Steven Gerrard memberikan gol inspirasional lewat sundulan kepala menyongsong umpan John Arne Riise. Tak lama berselang, tendangan keras jarak jauh Vladimir Smicer tak dapat ditahan Dida. Belum lagi Milan menata diri, pada menit ke-60, Gerrard dijatuhkan di kotak penalti oleh Gennaro Gattuso. Penalti! Awalnya, eksekusi Xabi Alonso sempat ditahan Dida, tapi bola muntah langsung disambar Alonso.

Cerita belum selesai. Kedudukan 3-3 bertahan hingga 90 menit. Pertandingan diperpanjang hingga 30 menit, tapi tetap tak bisa menentukan pemenang. Juara Liga Champions musim itu pun harus diselesaikan melalui babak adu penalti.

Sebelum "babak perjudian" itu dimulai, Jamie Carragher datang menghampiri kiper Jerzy Dudek. Carra menyarankan Dudek agar melakukan "sesuatu" untuk mengacaukan konsentrasi pemain Milan. Dudek langsung teringat rekaman video yang pernah disaksikannya. Kaki spaghetti! Saat adu penalti final Piala Champions 1984 melawan AS Roma, pendahulu Dudek, Bruce Grobbelaar, memelintir-melintir kakinya. Entah memang berpengaruh atau tidak, Grobbelaar berhasil membawa Liverpool menang dan merebut Piala Champions.

Trik yang sama dipakai Dudek ketika Andriy Shevchenko bertugas sebagai eksekutor terakhir Milan. Terbukti, trik kuno itu berhasil. Eksekusi Sheva mengarah ke tengah gawang dan dengan sebelah tangan, Dudek menahannya. Liverpool pun merajai Eropa! Jerih payah fans Liverpool yang terus menggemuruhkan dukungan untuk klub kesayangan mereka terbayar sudah!

Mukjizat di Istanbul ini kemudian diabadikan dalam film Fifteen Minutes That Shook The World. Betapa tidak, final Liga Champions musim itu sangat dramatis dan membuktikan segalanya mungkin terjadi di lapangan sepakbola.

Steven Gerrard

Pascafinal Istanbul, hidup tak lagi sama. Tapi, hidup juga berjalan terus. Satu per satu figur pemain heroik, seperti Harry Kewell, Milan Baros, Djibril Cisse, Luis Garcia, Dudek, dan Smicer meninggalkan Anfield dan melanjutkan karir di klub baru.

Sebagian tetap tinggal, terutama Gerrard. Sang kapten sempat disebut-sebut akan hijrah ke Chelsea musim panas 2005 itu. Tapi, Istanbul mengubah segalanya.

"Bagaimana mungkin saya pindah setelah mengalami final seperti ini?" ujar Gerrard.

Arak-arakan bus dengan atap terbuka dan kerumunan satu juta orang, 300 ribu di antaranya memadati St George's Hall, suatu hari di Mei 2005, pasti takkan pernah dilupakan Liverpudlian sepanjang masa.

Minggu, 04 November 2012

sejarah singkat Liverpool FC

Liverpool Football Club adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang berbasis di kota Liverpool. Mereka adalah anggota Liga Utama Inggris dan merupakan klub sepak bola paling sukses dalam sejarah sepakbola Inggris. Klub ini didirikan pada Maret 15,1892 oleh John Houlding dan segera memenangkan Liga Lancashire dan terpilih ke Football League Divisi II untuk musim 1893-1894.
Liverpool memenangkan Liga Sepakbola pertama mereka kejuaraan di musim 1900-1901 dan kemudian kembali pada 1905-1906. Klub itu juara lagi di 1921-1922 dan 1922-1923. Setelah memenangkan liga di musim 1946-1947, Liverpool tenggelam dalam penurunan dan pulih hanya setelah beberapa Bill Shankly diangkat sebagai manajer Liverpool pada bulan Desember 1959. Dia akan memandu Liverpool kembali ke divisi atas tahun 1962, sebelum menambahkan gelar liga pada 1963-1964, 1965-1966 dan pertama mereka yang pernah memenangkan piala Eropa, Piala UEFA, di musim 1972-1973.

Ketika shock Shankly mengumumkan pensiun pada tahun 1974, setia asisten dan anggota Anfield yang terkenal Boot Room, Bob Paisley mengambil alih, janji yang akan pemberita era gemilang dalam sejarah klub, dengan tidak kurang dari delapan juara liga dan tiga Piala Eropa menghiasi piala di Anfield kabinet. La diikuti oleh Kamar Boot lain legenda, Joe Fagan, yang akan dirinya menambahkan gelar liga lain dan yang keempat Piala Eropa, sebelum peristiwa-peristiwa tragis Heysel Bencana akan membantu mendorong dia keluar dari pintu. Fagan diikuti oleh tokoh talismanic Kenny Dalglish, boleh dikatakan bahwa klub terbesar yang pernah pemain. Sukses akan tinggal dengan klub Anfield sampai awal 1990-an, dengan melihat Dalglish over-klub yang pernah pertama Liga dan Piala FA dua kali lipat dalam tahun 1986 dan rekor 18 – dan terakhir – gelar liga pada tahun 1990, namun dengan munculnya Premier League 1992, Liverpool kemuliaan tahun menghilang dan klub jatuh ke dalam kekacauan, di lapangan paling tidak, untuk hampir seluruh dekade.


Kedatangan Gérard Houllier pada tahun 1998 walaupun tampaknya membawa era baru di klub keberuntungan, orang Prancis, segar dari membuat sumbangan kunci Les Bleus kampanye memenangkan Piala Dunia tahun itu, diangkat sebagai manajer bersama klub bersama-sama kewajiban dan tegap Roy Evans . Ketika Evans mengundurkan diri beberapa bulan kemudian mengutip perbedaan profesional, Houllier mengambil kontrol penuh dari Liverpool, dan akan cap gambar sendiri di klub. Ini akan berujung pada musim 2000-2001 mulia, di mana Liverpool menyelesaikan Piala treble (FA Cup / Piala Liga / UEFA Cup), sebelum melanjutkan untuk menyelesaikan kedua di liga musim berikutnya di belakang Arsenal tim yang hebat.

Musim-musim akan menjadi titik tinggi Prancis masa jabatan, penyakit selama musim 2001-2002 tampaknya mempengaruhi dia, dan kemajuan ke depan klub di bawahnya dihentikan. Setelah dua musim sebagian besar tidak berhasil, dan klub berjuang untuk mempertahankan tempat mereka di atas empat, Houllier dipecat Mei 2004 dan digantikan oleh orang Spanyol datang ke atas dan Rafael Benitez, mantan manajer Valencia.

Babak baru dalam sejarah Liverpool dimulai, dengan Benitez memulai proses panjang membangun kembali klub. Dan itu dimulai di spektakuler. Sebuah mengerikan sebagian besar musim domestik, khususnya di liga di mana mereka akan menyelesaikan Kota kelima di belakang saingan Everton, berakhir dalam kemuliaan, karena mereka menambahkan kelima Piala Eropa, mengalahkan raksasa Italia AC Milan melalui adu penalti di Final Liga Champions. Kemenangan menjadi lebih luar biasa saat tim turun pada babak 3-0 kali, levelling skor dengan tiga gol hanya dalam enam menit di awal babak kedua. Klub lain akan menambah Piala FA pada musim berikutnya, sebelum membuat Final Liga Champions (melawan Milan lagi) untuk kedua kalinya dalam tiga tahun pada Mei 2007. Sayangnya, mereka tidak akan menambahkan mahkota keenam Eropa seperti Milan akan mendapatkan balas dendam atas mereka marah dua musim sebelumnya.


Meskipun gelar liga belum menemukan jalan itu kembali ke Anfield sejak zaman Dalglish, tanda-tanda yang menjanjikan untuk Liverpool terima kasih kepada pihak yang kuat yang dikumpulkan oleh Benitez, dipelopori oleh klub jimat dan kapten Steven Gerrard, dan mereka tampak baik ditempatkan untuk mendorong rival Manchester United sepanjang jalan dalam beberapa tahun mendatang.

Liverpool memainkan pertandingan di rumah mereka yang legendaris Anfield, yang dapat host 45.362 orang. Liverpool akan pindah ke Stadion baru, sementara berjudul ‘New Anfield’ di dekat Stanley Park, segera.
Liverpool julukan The Reds dan mendorong persaingan besar dengan Manchester United dan kota mereka rival Everton.


Beberapa prestasi klub utama termasuk:

18 Football League Divisi
7 Piala FA 
7 League Cups
15 FA Community Shields
5 Piala Liga Champion UEFA
3 Piala Super Eropa

Jumat, 02 November 2012

Fakir asmara tapi bukan Pengemis cinta

Rapuh
Tak berdaya
Tak ada gairah
Tak dapat bercinta

Benci
Tanpa cinta
Tanpa wanita
Tanpa dia

Kejam
Aku menanti
Kau tak perduli
Kau berpaling

Selalu
Aku sendiri
Selalu menyepi
Dan meratapi

 
Sial
Aku sial
Aku bodoh
Aku hina


Akulah... 
Fakir Asmara ...tapi aku bukan pengemis Cinta