Cerita di Balik Motif Batik
Batik memiliki banyak motif yang melambangkan hal-hal tertentu.
Motif batik di Indonesia tercipta dari inspirasi kehidupan dan
lingkungan yang dikreasikan menjadi bentuk-bentuk motif kain yang unik.
Inspirasi motif kain batik muncul dari berbagai jenis tumbuhan, gunung,
hewan, sawah, sungai, laut, dan simbol-simbol kuno kehidupan. Di sini
akan dijelaskan beberapa motif batik beserta maknanya.
.
Kawung
Batik motif Kawung mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal usulnya.
Sejarah diketemukannya batik motif Kawung ini adalah ketika ada
seorang pemuda dari desa yang mempunyai penampilan berwibawa serta
disegani di kalangan kaumnya. Tak lama karena perilaku pemuda ini yang
sangat santun dan bijak, hingga membuat namanya terdengar hingga di
kalangan kerajaan Mataram.
Pihak kerajaan merasa penasaran dengan kemashuran nama pemuda ini,
sehingga diutuslah telik sandi untuk mengundang pemuda ini menghadap
raja. Sang telik sandi pun berhasil menemukan pemuda ini.
Mendengar bahwa putranya diundang oleh raja, membuat ibunda merasa
terharu dan menggantungkan banyak harapan. Ibunda berpesan agar si
pemuda ini bisa menjaga diri & hawa nafsu serta tidak lupa akan
asal-usulnya. Untuk itulah ibunda membuatkan batik dengan motif Kawung,
dengan harapan putranya bisa menjadi manusia yang berguna bagi
masyarakat banyak.
Tak lama kemudian setelah dipanggil oleh pihak kerajaan dan diberikan
beberapa pekerjaan yang selalu bisa diselesaikannya, akhirnya pemuda
ini diangkat menjadi adipati Wonobodro. Pada saat diangkat sebagai
adipati Wonobodro, pemuda ini mengenakan baju batik pemberian ibundanya
dengan batik motif kawung.
Jaman dahulu, batik motif kawung dikenakan di kalangan kerajaan.
Pejabat kerajaan yang mengenakan batik motif kawung mencerminkan
pribadinya sebagai seorang pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu
serta menjaga hati nurani agar ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan
manusia. Batik motif kawung kemudian semakin dikenal dan banyak dipakai
oleh masyarakat.
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah kawung (sejenis kelapa atau
kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara
geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar
bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus
adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya
bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya :
Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang
kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang
bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang
tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini
sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada
picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang bentuknya
bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.
.
Taruntum
Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang ratu yang merasa
sedih karena diabaikan oleh raja. Sang Ratu yang selama ini dicintai dan
dimanja oleh raja, merasa dilupakan oleh raja yang telah mempunyai
kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, ratu pun
mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk
bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam
kesendirian. Ketekunan ratu dalam membatik menarik perhatian raja yang
kemudian mulai mendekati ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu
raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi
sedikit kasih sayang raja terhadap ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini
cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Taruntum, sebagai lambang cinta raja yang bersemi kembali.
Sumber lain mengatakan bahwa motif Taruntum mengambil
konsep dari bunga Tanjung. Seringkali dalam upacara pernikahan tradisi
Jawa, orang tua pengantin tidak boleh sembarangan memakai jenis motif
batik, kecuali motif Taruntum. Harapannya agar pelaksanaan pernikahan
berjalan lancar, orang tua mendapat nama harum sesuai dengan bunga
Tanjung yang wangi baunya.
Pada saat upacara pernikahan, sering terdengar ucapan-ucapan seperti
segera mendapatkan keturunan yang solih dan solihah, berguna bagi
keluarga, masyarakat, agama, dan negara. Sebab memang dari keluarga baru
itulah diharapkan akan berkembang keluarga-keluarga baru lainnya.
Karena itu, Taruntum juga mengandung makna tumbuh dan
berkembang. Demikianlah, orang Jawa selalu mendambakan bagi setiap
keluarga baru supaya segera mempunyai keturunan yang akan dapat
menggantikan generasi sebelumnya. Generasi baru itulah yang akan menjadi
tumpuan setiap keluarga yang baru menikah untuk meneruskan segala
harapan dan cita-cita keluarga sekaligus sebagai generasi penerus secara
biologis yang mewarisi sifat-sifat keturunan dari sebuah keluarga baru.
.
Parang
Parang berasal dari kata “batu karang”. Motif parang termasuk ragam
hias larangan, artinya hanya raja dan kerabatnya yang diijinkan memakai.
Besar kecilnya motif parang juga menyimbolkan status sosial pemakainya
di dalam lingkungan kerajaan. Parang Barong, merupakan parang paling
besar, diatas 20 cm ukuran besarnya garis putih. Raja, permaisuri, dan
putra mahkota bebas memakai ukuran parang berapa pun. Para putra putri
permaisuri diijinkan memakai ukuran 10 cm, sedangkan para selir raja
dibawah ukuran tersebut (8 cm). Para bupati hanya diperkenankan memakai
parang ukuran 4 cm.
Motif ini sangat baik dikenakan ksatria karena menyimbolkan usahanya
dalam mempertahankan negara dari ancaman musuh. Hanya saja, parang
pantang dipakai mempelai ketika prosesi panggih. Konon, rumah tangga
mereka bakalan perang terus.
Arah parang
- Untuk gaya putri Jogja : arah parang dari kiri atas ke kanan bawah
- Untuk laki laki jogja : arah parang dari kanan atas ke kiri bawah
- Untuk gaya surakarta, laki laki dan putri sama arahnya, yaitu dari kanan atas ke kiri bawah
.
Parang Barong
Motif batik ini berasal dari kata “batu karang” dan
“barong” (singa). Kata barong berarti sesuatu yang besar, dan ini
tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif Parang
Barong ini merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini mempunyai
makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri.
Parang Barong merupakan parang yang paling besar dan
agung, dan karena kesakralan filosofinya motif ini hanya boleh digunakan
untuk Raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi.
Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin
mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas
kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di
hadapan Sang Maha Pencipta.
.
Parang Kusumo
Motif Parang Kusumo mengandung makna hidup harus
dilandasi oleh perjuangan untuk mencari keharuman lahir dan batin, yang
diibaratkan sebagai keharuman bunga (kusuma). Demikianlah, bagi orang
Jawa, hidup di masyarakat yang paling utama dicari adalah keharuman
pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun
agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin. Walaupun sulit untuk
direalisasikan, namun umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan hidup
yang sempurna lahir batin. Apalagi di zaman yang serba terbuka sekarang
ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat hidup seperti yang
diharapkan, karena banyak godaan. Di jaman materialistis ini, orang
lebih cenderung mencari nama harum dengan cara membeli dengan uang yang
dimiliki, bukan dari tingkah laku dan pribadi yang baik.
.
Parang Rusak
Parang Rusak biasa digunakan prajurit setelah perang,
untuk memberitahu raja bahwa mereka telah memenangkan peperangan.Motif
batik Parang Rusak cukup terkenal. Motif yang tampak sederhana ini
berbentuk menyerupai jejeran huruf S yang membentuk garis diagonal
dengan kemiringan 45 derajat.
Motif batik parang rusak meski asal-usulnya masih menjadi perdebatan,
konon katanya motif ini muncul di masa Raden Panji, seorang pahlawan
kerajaan Kediri dan Jenggala di Jawa Timur pada abad ke-11. Ada juga
yang berpendapat kalau motif batik Parang Rusak adalah karya Sultan
Agung dari Mataram (1613-1645) yang terinspirasi dari meditasinya di
Pantai Selatan Jawa. Konon Sultan Agung mendapat ilham dari fenomena
alam berupa gelombang besar yang memecah karang hingga rusak.
Motif batik Parang Rusak memiliki nilai filosofis yang tinggi, yaitu
semangat pantang menyerah seperti ombak laut yang tak berhenti bergerak.
Susunan motif batik parang menggambarkan jalinan yang terus tersambung,
simbol akan sesuatu yang tak putus baik dalam arti upaya memperbaiki
diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian
keluarga dimana batik motif parang dijadikan hadiah dari generasi tua ke
generasi muda para bangsawan. Motif batik Parang Rusak menjadi simbol
dari orang tua agar sang anak melanjutkan perjuangan yang telah dirintis
leluhurnya.
Garis lurus diagonal pada batik Parang Rusak melambangkan rasa
hormat, keteladanan, serta ketaatan pada nilai-nilai kebenaran. Batik
Parang Rusak dengan motifnya yang dinamis memuat pesan kecekatan,
kesigapan, dan kesinambungan antara suatu pekerjaan dengan pekerjaan
lainnya yang bisa kita maknai sebagai sebuah perbaikan terus menerus
tanpa henti.
Namun dibalik makna filosofisnya, batik parang rusak memiliki sebuah
mitos yang masih dipercayai orang-orang tertentu. Konon, jika batik
parang rusak digunakan dalam sebuah pernikahan akan berdampak buruk pada
kehidupan pasangan yang akan menikah, bahtera rumah tangganya bisa
dipenuhi percekcokan. Mitos ini muncul dimungkinkan karena karena batik
parang rusak dulu cukup dikeramatkan dan dipakai oleh kalangan tertentu
dalam acara-acara tertentu saja. Karena tidak pernah dipakai dalam acara
pernikahan mungkin masyarakat awam menganggap tidak elok jika batik
parang rusak digunakan dalam upacara pernikahan.
.
Parikesit
Motif Parikesit mengandung makna bahwa untuk mencari
keutamaan harus dilandasi dengan usaha keras dan gesit. Tentu usaha
keras dan gesit itu tanpa harus meninggalkan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Bukan sebaliknya usaha keras dan gesit dengan cara kotor,
pasti akan sangat dihindari, mengingat dampak yang ditimbulkan bisa
sangat berat dan yang jelas pasti akan menjadi bumerang bagi
diri-sendiri. Dengan usaha keras dan gesit itulah diharapkan bisa
membangun keluarga inti yang sejahtera lahir dan batin.
.
Sidaluhur
Motif Sidaluhur mengandung makna keluhuran. Bagi orang
Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi.
Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan
bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun
profesinya.
Keluhuran materi bisa diperoleh dengan cara yang benar,
halal, dan sah tanpa melakukan kecurangan atau perbuatan yang tercela
seperti korupsi, merampok, mencuri, dan sebagainya.
Walaupun secara materi merasa cukup atau bahkan
berlebihan, namun jika harta materi itu diperoleh secara tidak benar,
tidak halal, itu tidak bisa dikatakan bisa mencapai keluhuran secara
materi. Keluhuran materi akan lebih bermakna lagi apabila harta yang
dimiliki itu bermanfaat bagi orang lain dan bisa diberikan dalam
berbagai bentuk seperti sumbangan, donasi, hibah, dan sebagainya.
Keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk
keluhuran non materi. Orang yang bisa dipercaya oleh orang lain, atau
perkataannya sangat bermanfaat kepada orang lain tentu itu akan lebih
baik daripada orang yang perkataannya tidak bisa dipegang orang lain dan
tidak dipercaya orang lain. Orang yang sudah bisa dipercaya oleh orang
lain adalah suatu bentuk keluhuran non materi. Orang Jawa sangat
berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai
keluhuran.
.
Sidamukti
Motif Sidamukti mengandung makna kemakmuran. Demikianlah
bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan,
dan tindakan, tentu agar hidup akhirnya dapat mencapai mukti atau makmur
baik di dunia maupun di akhirat. Orang hidup di dunia adalah mencari
kemakmuran dan ketentraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketentraman
itu tidak akan tercapai jika tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran
budi, ucapan, dan tindakan. Untuk mencapai itu semua tentu tidaklah
mudah. Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi
kesenangan, serta selalu berbuat baik tanpa merugikan orang lain agar
dirinya merasa makmur lahir batin.
Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin
itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat Jawa dan tentu
juga secara universal. Kehidupan masyarakat Jawa banyak menggunakan
simbol-simbol, termasuk pula dalam upacara daur hidup seperti mitoni.
Masih banyak upacara-upacara lain yang menggunakan kain bermotif batik
ini untuk perlengkapan upacara, seperti upacara ruwatan, upacara
srah-srahan, upacara penobatan, upacara tolak bala, dan sebagainya.
.
Megamendung
Pada bentuk Megamendung bisa kita lihat garis lengkung
yang beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling
dalam (kecil) kemudian melebar keluar (membesar) menunjukkan gerak yang
teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini
membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik
dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri
(belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa
dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri
setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke
asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung
selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus
keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun
tidak boleh terputus.
Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh
sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang
mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu pada
satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada
proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih
memudahkan.
.
Udan Liris
Udan liris berarti hujan gerimis. Motif ini mengandung
makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda
hujan dan panas. Demikianlah bagi orang hidup berumah tangga, apalagi
bagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak
halangan dan cobaan, ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh
mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi
dan diselesaikan bersama-sama. Suami atau istri merupakan bagian hidup
di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah maka
pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan sebaliknya justru
menambahi masalah. Misalkan, apabila suami sedang mendapat cobaan
tergoda oleh wanita lain, maka sang istri harus bisa bijak mencari
solusi dan mencari permasalahan. Begitu pula sebaliknya jika sang istri
mendapat godaan dari pria lain, tentu suami harus bersikap arif tanpa
harus menaruh curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti.